1.MUSIKALISASI PUISI
Bait kedua puisi Cintaku Jauh Di Pulau di atas terasa
begitu bermakna ketika dinyanyikan oleh salah seorang peserta pemilihan Bintang
Radio dan Televisi tingkat nasional beberapa tahun lalu. Dengan kualitas vokal
yang begitu prima didukung teknik yang nyaris sempurna peserta tersebut
berhasil mengungkapkan makna tiap-tiap larik bahkan tiap-tiap kata puisi
tersebut dengan kedalaman imajinasinya. Lonpatan interval melodi yang diambil
dari tangga nada minor ikut memberi tekanan pada segi pemaknaan. Adalah FX.
Soetopo yang menggubah lagu untuk puisi Chairil Anwar tersebut karena ternyata
bukan saja puisi menjadi lebih bermakna, lebih dari itu, tokoh musik ini telah
berhasil menepis isu masyarakat sastra bahwa puisi yang dilagukan akan kehilangan
makna.
A. Musikalisasi Puisi
Musikalisasi puisi bukan barang baru di dunia seni. Kelompok
musik Bimbo, misalnya, mereka sangat ekspresif menyanyikan puisi-puisi Taufiq
Ismail atau Wing Kardjo. Sebut saja puisi Dengan Puisi Aku ciptaan
Taufiq Ismail telah berhasil disenandungkan dengan baik tanpa mengubah makna
puisi tersebut. Atau puisi Salju karya Wing Kardjo yang begitu manis
dengan iringan dentingan gitar dan sedikit orkestrasi gaya khas Bimbo. Beberapa
tahun kemudian muncul Ebiet G Ade yang mengusung puisi-puisi ciptaannya ke
dalam bentuk-bentuk melodi baladis. Masih banyak lagi tokoh-tokoh musik yang
memusikkan puisinya seperti : Yan Hartlan dan Rita Rubi Hartlan, juga Uli Sigar
Rusady.
Tentu saja tidak semua puisi dapat dimusikalisasikan. Puisi-puisi
yang bertipografi tertentu tidak bisa dibangun melodi. Dalam hal ini Rene
Wellek dalam Teori Kesusastraan menyebutkan, melodisasi puisi
(penggunaan notasi) sulit diterapkan pada puisi yang mirip percakapan, pidato.
Puisi Cintaku Jauh Di Pulau dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu
tersebut di atas memungkinkan untuk dibangun melodi karena terdiri dari
bait-bait dengan jumlah baris yang berpola. Pola pembaitan tersebut memudahkan
komposer (penyusun musik) untuk membagi-bagi ke dalam pola birama tertentu.
Musikalisasi puisi acap kali diartikan sebagai teknik
pembacaan puisi dengan iringan orkestrasi musik baik yang sederhana maupun
orkes ansambel atau simponi. Musikalisasi puisi pada praktiknya baru sampai
pada tahap mengiringi pembacaan puisi dengan beberapa alat musik seperti gitar,
piano, dan alat ritmik yang lain. Memang ada sebagian dari mereka sudah
menyanyikannya namun belum disusun dalam bentuk teks lagu. Sedangkan
musikalisasi yang sebenarya (melodisasi puisi) dalam konteks ini sudah merupakan
kegiatan menyanyikan puisi total dengan memberi melodi, pola ritme, pemilihan
jenis tangga nada, hingga pemberian rambu-rambu dinamik dan ekspresi pada puisi
tertentu. Pada praktiknya, kegiatan menyanyikan puisi ini lebih menarik
diterapkan pada sekolah-sekolah, mulai sekolah dasar hingga sekolah lanjutan.
Kegiatan musikalisasi puisi jenis ini ternyata diminati mereka yang ingin
menggunakan cara lain dari sekadar membaca puisi. Anak-anak usia SD hingga SMU,
dari tahap pengkhayal hingga tahap realistik sudah dapat diajak menyanyikan
puisi, tentu saja dengan tidak menghilangkan otoritas puisi sebagai suatu karya
seni. Otoritas puisi sebagai salah satu karya seni harus tetap dijaga, sehingga
makna yang terkandung di dalamnya tetap utuh, tidak bergeser.
B.
Mengapa Puisi Dinyanyikan?
Jika kita mencermati lagu-lagu anak-anak muda masa kini,
dengan tidak mengabaikan proses kreatifitas mereka, kita dihadapkan pada
ungkapan-ungkapan yang serba sederhana, polos dan vulgar. Menangkap syair dalam
lagu mereka hampir tidak memerlukan energi untuk menafsirkan makna. Yang
penting bagi mereka adalah pesannya capat sampai pada sasaran. Musik rap adalah
satu contoh bagaimana kata-kata disusun secara sederhana, tidak perlu melalui
proses kontemplasi terhadap nilai-nilai estetis. Perenungan terhadap nilai
estetis itulah yang kita harapkan bisa menambah wawasan berkesenian, sekaligus
sebagai sarana apresiasi terhadap suatu karya seni. Dari sinilah siswa dapat
menghargai karya seni dan mempunyai kepekaan terhadap sesuatu yang indah.
Jika hal ini dapat diterapkan, tidak sia-sia FX. Soetopo dan
RAJ. Soedjasmin membuat komposisi untuk dua puisi Chairil Anwar tersebut.
Masalah yang dihadapi kemudian adalah, bagaimana tanggapan sastrawan khususnya
penyair, terhadap gagasan melodisasi puisi ini. Pro dan kontra selalu terjadi
terhadap sesuatu yang belum pernah dicobakan. Lazim atau tidak, setuju atau
menolak, yang jelas tidak semua penyair mencak-mencak ketika puisinya menjadi
populer ketika dinyanyikan. Ketika seorang Ebiet G Ade menyanyikan
puisi-puisinya dan laris di pasaran kaset, L. Tengsoe Tjahjono berpendapat lain
terhadap proses kreatif ini. Toh Ebiet, Bimbo, dan Taufiq Ismail tetap berjalan
beriringan. Segi intrinsik dan otoritas puisi sebagai karya sastra tidak akan
terganggu sebagaimana yang diutarakan pengamat sastra tadi. Jika ada cara lain
yang lebih menarik dan diminati siswa dalam mengapresiasi puisi, mengapa tidak
dicobakan dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya puisi. Uraian ini
sekadar mencari alternatif lain cara mengapresiasi puisi disamping cara yang
sudah biasa dilakukan seperti pembacaan puisi dan berdeklamasi.
C.
Manfaat Yang Diperoleh
Musikalisasi
puisi yang dimaksud pada buku ini bukan sekadar membacakan puisi dengan
diiringi permainan musik seperti kebanyakan orang melakukannya, tetapi sudah
melibatkan penggunaan unsur-unsur musik antara lain : melodi, irama/ritme,
harmoni, yang diwujudkan dalam bentuk lembaran musik (partitur).
Untuk lebih memudahkan penyampaian
kepada siswa dan guru yang tidak terbiasa membaca notasi balok maupun angka,
guru bisa memanfaatkan kaset rekaman yang mudah di dapat. Guru bersama-sama
siswa tentu akan lebih mudah melakukan apresiasi puisi dari media tersebut
dibandingkan sekadar membacakannya. Untuk melengkapi bahan apresiasi, guru bisa
mengumpulkan media serupa yang diambil dari kaset lagu-lagu Bimbo, Ebiet G Ade,
Rita Rubbi Hartlan, dan lain-lain. Bentuk Karya
Bentuk fisik karya Musikalisasi Puisi
ini ada 2 (dua), yakni teks lagu (partitur) dan media Compact Disk (CD) atau
kaset yang berisi rekaman puisi yang dibacakan dan dilagukan.
a. Partitur musik : adalah teks lagu yang berisikan
puisi-puisi yang diaransemen ke dalam bentuk lembaran musik yang berupa :
melodi, irama/ritme, dan harmoni, (teks terlampir)
b. Compact Disk atau kaset rekaman : adalah hasil rekaman
pembacaan puisi dan nyanyian yang diambil dari puisi yang sudah dibacakan.
Kedua bentuk
fisik tersebut akan sangat membantu baik guru maupun siswa dalam mengapresiasi
sebuah puisi.
Karya ini
bermanfaat tidak saja bagi siswa dan guru, tetapi juga bagi komunitas pencinta
sastra khususnya apresian puisi.